Dandelion

the breath from her lungs ~

Destinasi yang wajib di Kunjungi saat Kamu di Kutai Barat |Jantur Inar dan Sejarahnya.

Kalau ditanya tempat wisata yang wajib didatangi saat kita berada di Kutai Barat, pastinya sebagai orang yang lahir dan tumbuh besar di Tanaa Purai Ngeriman (slogan Kab. Kutai Barat) Air Terjun adalah wajib sekali didatangi. Beberapa nama air terjun yang harus kamu datangi seperti Air Terjun Manarung yang dekat dengan ibukota Sendawar, ada Air Terjun Dora di Balok Asa yang pernah didatangi penyanyi kenamaan Indonesia Anji, ada Air Terjun Tabalas yang satu paket dengan Danau Aco, Air Terjun Geronggong di Engkuni Pasek, lalu Air Terjun Inar dan masih banyak lagi.

Bagi orang luar pasti bertanya-tanya kenapa judul diatas Jantur Inar bukan air terjun Inar?

Jadi, bagi masyarakat sekitar atau mungkin semua orang di Kab. Kutai Barat menyebutkan air terjun sebagai jantur, dan Jantur Inar adalah air terjun tertinggi dan terbesar di Kutai Barat.

lrm_export_545405537483191_20200214_1830040067826915751030860581.jpeg

Walaupun jaraknya jauh dari Sendawar ibukota Kab. Kutai Barat yaitu di kampung Temula Kec. Nyuatan tapi setelah tiba kita bisa langsung mendengar suara debur air yang jatuh. Sebuah pengalaman yang luar biasa kita bisa berenang atau hanya memandangi jatuhnya air. semakin  sejuk lagi ditambah oleh hembusan embun yang dilemparkan benturan air terjun dengan batu alam yang terbilang masih alami.

lrm_export_545489217143315_20200214_1831276868244731681222365458.jpeglrm_export_545474403698165_20200214_1831128726682474388049263537.jpeg

lrm_export_545504169070185_20200214_1831426384021977848985760091.jpeglrm_export_545620719654203_20200214_1833391883230045272628894300.jpeg

lrm_export_545807705348298_20200214_1836461742094492680768486788.jpeg

Seru dan Indah bukan ?

Namun dibalik keindahannya ada sebuah cerita duka dari seseorang yang bernama Inar. Sejarahnya dulu sewaktu Belanda menduduki Indonesia khususnya di Kalimantan, seorang Tumenggung bernama Ngaroh dengan gelar Setia Raja, memiliki 8 anak, yaitu Krongo (Kakah Lauq), Tuli (Kakah Mantiq), Tongaq (Kakah Blokoq), Kobaq (Kakah Bioroq), Teq, Main, Ukay dan Ruay. Lahirlah Ragetn seorang cucu sang tumenggung dari anak sulungnya yaitu Krongo, menikah dengan kudus dan tinggal di Lamin Temula. Empat anak dilahirkan Ragetn yaitu, Ayus, Lejiu, Gunung dan Inar sebagai putri bungsu.

Sejak kecil Inar menderita penyakit barah sejenis kudis dan lemah tulang setengah lumpuh. Inarpun dewasa dan menikah dengan seorang pemuda bernama Baras, namun pasangan ini tidak dikaruniai seorang anak. Suatu hari Baras mengalami kebutaan yang sehingga tidak dapat menghidupi istrinya dan dirinya sendiri. Akibatnya Inar harus bersusah payah mencari nafkah dan saudara-saudaranya tidak peduli dengan nasibnya.

Hingga, pada suatu hari Inar dan Baras beristirahat disebuah puncak air terjun, karena lelah membawa lanjung (sejenis keranjang yang terbuat dari rotan) besar berisi keladi. Saat hening Baras tiba-tiba marah dengan mengeluarkan suara yang cukup keras sambil melemparkan batu kebawah air terjun. Baras kesal karena ia tidak dapat mencari nafkah dengan matanya yang buta dan Inar yang sakit-sakitan. Tanpa berfikir panjang Baras tiba-tiba mendorong istrinya kebawah air terjun lalu disusul oleh dirinya sendiri. Baraspun ditemukan mati ditempat namun Inar sang istri tidak ditemukan. Konon katanya bersamaan dengan jatuhnya Inar muncul pelangi yang menyelamatkan tubuhnya lalu menghilang secara gaib, sejak itulah air terjun ini diberi nama “Inar”.

hmmmmm…. jujur waktu nulis ini aku merinding sendiri 😦 gatau kenapa. feels like true story ❤

Walaupun ceritanya sedih, Jantur Inar tetap menjadi tempat wisata idola dikalangan wisatawan dan dapat menjadi salah satu bukti bahwa alam disekitarnya masih terjaga dengan baik, namun bila keadaan sedang sepi atau ketika hari menjelang senja bisa membuat bulu kuduk merinding.

Semoga dengan tulisan ini kita tidak akan pernah lupa dengan sejarah dan tetap menjaga dan melestarikan alam.

 

Source : http://kabarkubar.com/misteri-jantur-inar-kisah-pilu-200-tahun-silam/?fbclid=IwAR33mB5VU0c61e5C24zpGpNVjuSoXEQc2IXTW66LwXtLp3Q_m78rqd3HRFMhttp://perijinan.kubarkab.go.id/news229-sejarah-jantur-inar.html?fbclid=IwAR0xj5crJ2b7fea0FCwzVFZ83xWRON5BL_cGzXGDRvAXEqLcfbjWW38qlz4


Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai